Jumat, 06 Desember 2013

Meluruskan Dengan Santun

http://islamtradisi.blogspot.com/
Disamping melalui kesenian yang menghibur,para muballigh juga mengemas adat-adat yang menyimpang untuk diluruskan dengan santun. Tidak melarang akan tetapi ditunjukkan cara yang lebih baik. Seperti dalam kebiasaan sesaji untuk upacara kematian,bayen,manten,pindah rumah,selamatan pertanian,selametan nelayan diganti sedekah. Meminta kepada arwah diganti dengan do’a minta keselamatan pada Allah Swt.

Nuasa gotong royong yang sudah terbina dipertahankan. Dalam upacara kematian disebut tradisi nyadar atau nylawat. Yakni menghantar roh mayit untuk yang terakhir kalinya dengan bacaan tahlil,fida’,yasin dihari-hari yang biasanya mereka gunakan untuk sesaji. Untuk sekalian menggusur kepercayaan lama agar beralih pada cara yang lebih baik.

Sekarang ini saat nyadaribu-ibu membawa beras,gula,kopi,mie mentah sebagai wujud simati yang mendalam. Dalam upacara tahlil diarahkan untuk mendo’akan pada Allah agar dosa-dosa mayit diampuni,diterima amal baiknya,terhindar dari siksa kubur,arwahnya diterima disisiNya. Masyarakat telah paham bahwa arwah mayit tidak gentayangan,tidak bisa dimintai tolong-hanya wasilah saja-bahkan harus diberi pertolongan. Sekaligus mendo’akan pada yang ditinggalkan agar diberi ketabahan,kekuatan dan ketenangan.

Bahkan untuk prosesi lebaran yang dijalankan dijawa sampai saat ini lebih mirip hari raya galungan. Yakni besik makam,menaburi bunga telasih dan kenanga lalu diadakan kunjungan keseluruh tetangga serta sanak family,diadakan halal-bihalal,sepekan kemudian diadakan kupatan. Kebiasaan ini tidak akan bisa ditemui di arab. Adapun petasan adalah budaya cina.

Agar Islam tidak terkesan asing,dalam tata bangunan juga meneruskan tradisi Hidhu-Jawa. Yakni berbentuk limas atau kampung pelana untuk orang biasa,dan berbentuk joglo untuk bangsawan dan orang mampu,dan berbentuk tumpeng atap atau tajug untuk bangunan keagamaan biasanya ganjil 3,5,7 sampai 11. Seperti Pura Agung Basakih,Penataran di Bali. Tata bangunan yang mengacu pada ciri Majapahit Style ini ditiru oleh masjid-masjid,seperti Masjid Demak,Masjid Banten bahkan Masjid Palembang,Masjid Rao-rao di Batusangkar serta beberapa Masjid di Minang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar