Disamping melalui kesenian yang menghibur,para muballigh
juga mengemas adat-adat yang menyimpang untuk diluruskan dengan santun. Tidak
melarang akan tetapi ditunjukkan cara yang lebih baik. Seperti dalam kebiasaan
sesaji untuk upacara kematian,bayen,manten,pindah rumah,selamatan
pertanian,selametan nelayan diganti sedekah. Meminta kepada arwah diganti
dengan do’a minta keselamatan pada Allah Swt.
Nuasa gotong royong yang sudah terbina dipertahankan. Dalam
upacara kematian disebut tradisi nyadar atau nylawat. Yakni menghantar roh
mayit untuk yang terakhir kalinya dengan bacaan tahlil,fida’,yasin dihari-hari
yang biasanya mereka gunakan untuk sesaji. Untuk sekalian menggusur kepercayaan
lama agar beralih pada cara yang lebih baik.
Sekarang ini saat nyadaribu-ibu membawa beras,gula,kopi,mie
mentah sebagai wujud simati yang mendalam. Dalam upacara tahlil diarahkan untuk
mendo’akan pada Allah agar dosa-dosa mayit diampuni,diterima amal
baiknya,terhindar dari siksa kubur,arwahnya diterima disisiNya. Masyarakat
telah paham bahwa arwah mayit tidak gentayangan,tidak bisa dimintai
tolong-hanya wasilah saja-bahkan harus diberi pertolongan. Sekaligus mendo’akan
pada yang ditinggalkan agar diberi ketabahan,kekuatan dan ketenangan.
Bahkan untuk prosesi lebaran yang dijalankan dijawa sampai
saat ini lebih mirip hari raya galungan. Yakni besik makam,menaburi bunga
telasih dan kenanga lalu diadakan kunjungan keseluruh tetangga serta sanak
family,diadakan halal-bihalal,sepekan kemudian diadakan kupatan. Kebiasaan ini
tidak akan bisa ditemui di arab. Adapun petasan adalah budaya cina.
Agar Islam tidak terkesan asing,dalam tata bangunan juga
meneruskan tradisi Hidhu-Jawa. Yakni berbentuk limas atau kampung pelana untuk
orang biasa,dan berbentuk joglo untuk bangsawan dan orang mampu,dan berbentuk
tumpeng atap atau tajug untuk bangunan keagamaan biasanya ganjil 3,5,7 sampai
11. Seperti Pura Agung Basakih,Penataran di Bali. Tata bangunan yang mengacu
pada ciri Majapahit Style ini ditiru oleh masjid-masjid,seperti Masjid
Demak,Masjid Banten bahkan Masjid Palembang,Masjid Rao-rao di Batusangkar serta
beberapa Masjid di Minang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar