Masyarakat jawa sudah akrab dengan ajaran religius,tata
susila,basa krama,saba sita yang demikian kuat. Bahkan,dicirikan dengan
semangat gotong royong dan solidaritas tinggi. Hal ini memudahkan mereka
menerima islam. Sebab,Islam jawa menampilkan diri sebagai ajaran yang penuh
cinta damai,sesuai pada kebiasaan masyarakat,tidak mencela kepercayaan lama.
Serta dalam nilai batin atau esoteris mirip dengan ajaran Budha,laku pencapaian
mirip ajaran Tantri dari Agama Syiwa.
Langkah adaptif ditempuh para muballigh dengan membiarkan
tradisi yang telah mengakar kuat,seraya melakukan langkah-langkah infiltrasi
ajaran dan pandangan Islam. Tidak sebagaimana bangsa arab yang membawa bendera
penaklukan kemudian membuat perundang-undangan resmi melalui institusi
kekuasaan. Di Jawa,Islam lebih menekankan aspek pikir dan spiritual. Islam
tampil dengan karakter yang humanis,menghibur dan tidak kaku,lembut dan penuh
pengayoman.
Aspek doktrin disisipkan melalui gending-gending dan tradisi
rakyat. Gending Dharma karya Sunan Bonang,berusaha menggeser kepercayaan
hari-hari na’as dan dewa-dewa dengan mengenalkan nama-nama malaikat dan
nabi-nabi. Suluk Sunan Bonang,prosa bahasa jawa tengahan memasukkan
ajaran-ajaran islam. Wijil,berisi wejangan-wejangan sunan bonang pada seorang
kerdil bekas pelayan raja majapahit bernama Wijil,yang juga diperuntukkan untuk
orang Jawa. Ia juga menciptakan kidung tombo ati,juga gamelan yang disebut
Bonang.
Raden Paku atau Sunan Giri mencipta gending Asmarandana,pucung
serta mainan anak-anak
(dolanan);delikan,jitungan,jalungan,jamuran,lir-ilir,cublek-cublek suweng.
Sunan Kudus mencipta gending Mijil dan Maskumambang,membuat dongeng tauhid
berseri,membuat padasan wudlu dan jeding kobok. Raden Prawoto atau Sunan Muria
mencipta tembang sinom dan kinanti. Sunan Drajat mencipta gending Pungkur dan
Seni Suluk.
Raden Syahid atau Sunan Kalijogo mengubah wayang purwo
(sebelumnya wayang golek berbentuk boneka),membuat kesenian kentrung,tembang
Dandang Gula,baju takwa (jawa),seni ukir bermotif bunga dan dedaunan,goyor atau
bentuk ornamen lainnya-sebelumnya bermotif manusia dan hewan-,menggagas bedug
untuk ajakan sholat berjama’ah,gong sekaten,dalang dengan narasi lakon-lakon
yang baru,seperti jimat kalimasada,dewi ruci,petruk jadi raja,wahyu hidayat dan
lain-lain. Lanskap pusat kota berupa kraton,alun-alun dengan dua beringin serta
masjid dan lain-lain.
Disamping melalui kesenian yang menghibur,para muballigh juga mengemas adat-adat yang menyimpang untuk diluruskan dengan santun...... Selanjutnya klik disini
Disamping melalui kesenian yang menghibur,para muballigh juga mengemas adat-adat yang menyimpang untuk diluruskan dengan santun...... Selanjutnya klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar