Rabu, 27 November 2013

Sesaji dalam Kosmologi Jawa

Sesaji dalam Kosmologi Jawa secara umum ada tiga macam bentuk sesaji,yaitu:
1. Sesaji Selamatan. Sesaji yang ditujukan untuk menyenangkan.
Biasanya dilakukan ketika membuka lahan baru sebagai laku hormat untuk mencegah kecelakaan,ketika terjadi kemarau panjang,wabah penyakit,akan memulai pekerjaan besar seperti: bangun rumah,jembatan,giling tebu,bersih desa,menggali sumur, pindah rumah yang biasa mereka sebut Ngruwat gasulake.
Sesaji keselamatan ini dihaturkan utamanya pada indra,danyang desa,punden dan yang diyakini bisa membantu. Juga pada roh-rohhalus,hantu,dewa,ulama,para wali bahkan para nabi. Juga yang maha kuasa. Orang jawa meyakini punden dapat membantu,sebab ia telah menanam tumbal yang diberi mantra atau ipat. Dengan sesaji,tuah dari ipat itu akan bertambah-tambah.

Disamping itu juga diberikan pada kuburan,pohon,benda-benda keramat,nyai towo pelindung dapur,biasanya dengan menoreh peralatan dapur dengan daun boreh,juga pada nini among jika dirumah ada anak kecil,pada deisri pelindung padi,biasanya dengan membakar ikatan jerami yang didalamnya telah diberi kemenyan. Jika padinya jelek ditambahi jamu dan obat. Dan jika tanamannya bagus maka ditambahi telur. Di kota gombang kebumen untuk hasil penangkapan ikan yang melimpah masyarakat memberikan sesaji pada patung nyi roro kidul dikarang bolong.

2. Sesaji Penulakan. Sesaji yang dihaturkan pada roh-roh jahat agar terhindar dari gangguannya.
Untun mencegah penyakit orang dewasa diberikan sesaji pada bayu dan baya juga dhengen. Dan untuk melindungi bayi diberikan sesaji pada sawan dan sarap selama sepekan semenjak hari kelahiran. Untuk mencegah penyakit ternak diberikan sesaji pada poto. Bagi yang punya pesugihan memberikan sesaji pada blorong,tuyul,keblek dan lain-lain. dan bagi yang kasmaran memberi sesaji pada comblong.

3. Sesaji Wadima. Sesaji rutinan dengan maksud sebagaimana dua macam sesaji di atas.
Dalam hajat temanten,wadima biasa diberikan saat pasang tarub,sasrahan,widodaren,tigas rekmo,acara manten dan majemukan.
Wadima untuk anak adalah saat dirasakan ada benih (ngebor-ebori), hamil tiga bulan (neloni/wilujengan nigani), hamil tujuh bulan (ningkepi/mitoni), sembilan bulan (memelu sedulur), hari kelahiran (brokohan),saat plasenta terputus (puput puser), tiga hari,lima hari (nyepasari). Bagi yang berkecukupan ditambah saat tjuh hari dan sembilan hari,tiga puluh lima hari (nyelapani). Bagi orang yang ingin menambahi,pada telung lapan,lima.tujuh sampai sembilan lapan. hari ke empat puluh mahinum).
Saat usia satu tahun ada tiga acara: tumbuh gigi (anggrauli),mudun lemah (tedah siti),dan yang terakhir nyatuni. Saat manggur gigi,7tahun perempuan,9tahun laki-laki (gusaran),saat khitan (tetak/tetes),menstruasi pertama bagi perempuan yang disebut gelwilada.

Wadima untuk kematian dilakukan sejak hari pertama (surtanah),ketga,ketujuh, keempat puluh,keseratus,pendak setahun dan dua tahun,hari keseribu,pendak tiga tahun sampai pendak delapan tahun (sewindu).

Wadima untuk ladang dimulai saat memulai garapan (labuhan),selesai membuka ladang (lebar gawe),waktunya mengairi (mbanyu/angeler),menebar benih (nyebar),menanam (undur-undur),tolak hama,jemangkung,biji mulai berisi (wawratan),biji berisi penuh (ngisen-ngiseni),untuk keselamatan alat dan yang lain (nyadran),akan memanen (metik),mau dimasukkan lumbung (munggah lumbung). Di kebon agung sukodono lumajang,masyarakat mempunyai tradisi khas yang disebut wiwit kebon agung. Berupa rangkaian upacara dan sesaji sepasar (5 hari) menjelang panen. Ada beberapa srono yang dihaturkan dalam upacara tersebut,dan ada sajen khusus yang di letakkan di pojok-pojok sawah.

Waktu-waktu yang utama untuk sesaji rutin ini adalah malam jum'at secara umum. Malam jum'at wage an paing juga baik yang disebut hari gumbrengan: dikhususkan untuk sesajen keselamatan binatang ternak. Malam jum'at kliwon di anggap suci dan dikhususkan untuk nyekar. Juga malam selasa kliwon yang disebut anggoro kasih: hari roh, baik sekali untuk sesaji. Dan yang paling ramai adalah malam jum'at legi. Yakni sesajian untuk semua roh:roh leluhur atau roh jahat. Terkhusus lagi pada malam satu suro.

Ritual sesaji masi banyak ditemui di beberapa tempat-tempat yang dikeramatkan. Seperti di lokasi Loka mukso sri adji djaja baja menang pagu kediri, Air terjun Sedudo ngaliman nganjuk, Ngujang tulung agung, Danyang-danyang desa dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar