Senin, 25 November 2013

BULAN SHOFAR

Bulan Shofar yang dalam istilah jawa disebut wulan sapar di anggap " wingit " oleh sebagian orang jawa,mereka beranggapan bahwa bulan Shofar merupakan bulan yang tidak baik. Begitu juga pada jaman jahiliyah orang Arab juga beranggapan bulan shofar adalah bulan yang banyak bencana dan musibah,sehingga segala aktifitas pada bulan itu ditunda karena takut tertimpa bencana. Dalam tradisi orang jawa banyak hitung-hitungan yang digunakan dalam menentukan hari baik atau hari yang tidak baik,hari yang membawa untung dan hari yang membawa sial.

                                       

Lantas bagaimana menurut pandangan agama islam??
Allah Swt berfirman pada surat An_Nisaa' ayat 78-79 yang artinya:
Katakanlah: Semuanya datang dari sisi Allah. maka mengapa orang-orang itu hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun? Nikmat apa saja yang kamu peroleh adalah dari Allah dan bencana apa saja yang menimpamu,maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. 
Di perkuat lagi sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim disebutkan: Tidak ada penularan penyakit,tidak diperbolehkan meramalkan adanya hal-hal buruk,tidak boleh berprasangka buruk,dan tidak ada keburukan dalam bulan Shofar.

Yang dimaksud dengan " Tidak ada penularan penyakit " adalah penyakit tidak akan menular dengan kekuatan dirinya sendiri,melainkan atas kehendak Allah Swt. Penyakit tidak akan menular dengan sendirinya tanpa bersandar pada ketentuan dari takdir Alla Swt. Sakit atau sehat,celaka atau selamat semua kembali kepada kehendak Allah Swt. Penularan hanyalah proses sarana berjalannya takdir Allah,walaupun semuanya kembali kepada Allah  bukan semata-mata hanya sebab penularan,manusia tetap diwajibkan ikhtiar dan berusaha agar terhindar dari segala bentuk musibah.
Yang dimaksud dengan "  tidak diperbolehkan meramalkan adanya hal-hal buruk " adalah manusia harus bertawakal dan hanya bersandar kepada Allah Swt Sang Penguasa Jagad Raya,bukan terhadap makhluk atau mempercayakan nasib terhadap ramalan. Karena hanyalah Allah yang menentukan baik,buruk,selamat,sial ataupun kaya dan miskin.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Thobroni disebutkan: Tidak akan mendapatkan derajat tinggi orang yang pergi ke dikun (paranormal),orang yang bersumpah untuk kepentingan pribadi atau orang yang kembali/tidak jadi pergi karena sebuah ramalan.

Yang dimaksud dengan " tidak boleh berprasangka buruk " adalah tidak berprasangka buruk akan datangnya bencana atau musibah. Ada sebuah kepercayaan,jika ada burung hantu terbang di atas rumahnya maka hal itu menandakan akan ada orang yang meninggal,begitu juga ketika ada pembunuhan yang belum terbalaskan kemudian pada malam hari ada burung hantu terbang di atas rumahnya itu menandakan bahwa ruh orang yang dibunuh belum tenang dan akan menuntut pembalasan.

Yang dimaksud dengan "  tidak ada keburukan dalam bulan Shofar " Pada zaman Jahiliyah dahulu menganggap sial pada bulan Shofar maka Kanjeng Nabi Saw membantah keyakinan  itu,beliau menjelaskan tidak akan memberikan pengaruh apa-apa dalam bulan Shofar. Bulan Shofar sama seperti bulan atau waktu-waktu lainnya yang telah Allah jadikan sebagai kesempatan untuk melakukan amal-amal yang bermanfaat.
Dalam ajaran Islam semua bulan dan hari itu baik, masing-masing mempunyai sejarah,keistimewaan dan peristiwa sendiri-sendiri. Jika bulan tertentu mempunyai sisi nilai keutamaan yang lebih bukan berarti bulan yang lain merupakan bulan yang buruk. Andaikan ada kejadian tragis atau peristiwa yang sangat memilukan dalam bulan tertentu,hal itu bukan berarti bahwa bulan tersebut merupakan bulan musibah atau bulan yang membawa sial.

Wallahu A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar